Saudara Kembarku


Namaku Vyna Anandita Restyana. Aku punya  adik namanya Vany Ardisty Restyanti. Kami berdua adalah saudara kembar.  Aku hanya lebih tua beberapa detik dari Vany. Dari ujung kaki hingga  ujung kepala kami berdua sama persis. Tetapi entah mengapa adikku lebih  disukai oleh orang-orang. Termasuk kedua orang tuaku. Mereka  memperlakukan adikku lebih istimewa dibanding aku. Padahal, aku dan  adikku nyaris tak ada beda. Memang adikku lebih mudah bergaul dengan  orang lain, tetapi bukan berarti aku tidak bisa bergaul dengan baik  dengan orang lain.

Saat adikku mendapat peringkat kedua ketika kami kelas 2 SMA, orang  tuaku begitu membanggakannya. Mereka membelikan apa yang adikku minta.  Tetapi, tahun berikutnya ketika aku mendapat peringkat pertama, orang  tua tak memberi respon apapun. Dalam banyak hal aku harus lebih mengalah  pada adikku. Aku iri pada adikku.

Terlebih ketika dia berpacaran dengan laki-laki yang aku suka. Rasa  iri pada adikku lambat laun berubah menjadi benci. Dan akar-akar benci  itu semakin lama semakin kuat mencengkeram dalam hatiku. Berkali-kali  aku mencoba menyakiti adikku, tetapi dia selalu saja memaafkanku.

Hingga sampailah aku pada puncak kebencianku. Aku ingin mendapatkan  semua perhatian yang selama ini selalu adikku dapatkan. Dan setan  benar-benar memanfaatkan kesempatan itu. Dia memberiku ide yang sangat  busuk.

Kebetulan sekali saat itu aku dan adikku mengikuti perkemahan.  Berhubung kami membawa tenda yang kecil, tenda itu hanya berisi aku dan  adikku. Dan tenda terletak paling ujung. Sebelum tidur aku memberikan  adikku minuman yang telah kuberi obat tidur. Setelah adikku terlelap,  aku mengganti bajuku dengan baju adikku dan mengganti baju adikku dengan  bajuku. Dengan begitu semua orang akan menyangka bahwa aku adalah  adikku. Lalu diam-diam aku keluar. Tenda yang berisi adikku kubakar lalu  aku bersembunyi ke semak-semak. Setelah orang ramai berkumpul untuk  menolong adikku aku datang seolah-olah baru selesai buang air.

Setelah api padam, adikku dikeluarkan. Dan ternyata rencanaku  berhasil. Adikku dikeluarkan tanpa nyawa. Aku berpura-pura shock dan  sedih. Namun dalam hati tertawa karena berhasil melenyapkan adikku. Kini  tugasku adalah berpura-pura menjadi adikku.

Orang tuaku tampak terpukul melihat kematianku yang “diperankan”  adikku. Bahkan, berhari-hari ibuku tidak mau makan. Hingga suatu hari  aku mendengar percakapan ayah dan ibuku.

“Udah bu jangan sedih terus. Ikhlasin aja dia pergi,” kata ayahku.

“Tapi pak, dia satu-satunya harapan keluarga kita. Vany tak mungkin  bisa diharapkan lagi. Karena kanker yang menyerangnya takkan memberinya  waktu yang lebih lama,” kata ibuku.

“Tapi itu udah kehendakNya, Bu.”

“Sebentar lagi kita akan kehilangan semua anak kita, Pak,” kata ibuku sembari air matanya membanjiri pipinya.

Mendengar hal itu aku menjadi sedih. Aku merasa bersalah dengan semua  yang kulakukan. Aku menyesal. Tidak seharusnya aku melakukan semua ini  pada adik kembarku sendiri.

Lagi-lagi setan memanfaatkan rasa bersalah dan menyesalku itu. Dia  menyarankanku untuk bunuh diri. Dan lagi-lagi aku menyetujuinya.  Kusiapkan anti nyamuk cair dalam gelas. Dengan mantap hati aku dekatkan  gelas itu dengan bibirku. Namun, ketika gelas nyaris menyentuh bibirku,  tiba-tiba aku teringat pada kata-kata ibuku. “Sebentar lagi kita akan  kehilangan semua anak kita, Pak”. Lalu aku sadar. Aku tidak akan  membiarkan apa yang dikatakan ibuku terjadi. Aku tidak ingin membuat  orang tuaku semakin sedih. Aku urungkan niatku untuk bunuh diri.

Akhirnya, dengan perasaan yang bercampur aduk aku memberanikan diri  untuk menceritakan yang sebenarnya terjadi. Mereka sangat terkejut.  Tapi, anehnya mereka tidak marah padaku. Mereka berkata padaku bahwa  selama ini mereka memperlakukan adikku lebih, karena adikku terkena  kanker dan umurnya tidak lama lagi.

“Maafin aku, Pak, Bu. Aku nyesel. Aku rela kalau Bapak ma Ibu mau laporin aku ke polisi,” kataku.

“Kami nggak bakal nglakuin itu. Kami nggak mau kehilangan anak kami untuk kedua kalinya. Biar ini jadi rahasia kita.”

sumber :://www.kaskus.us/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram