Kita dan Kepada Sekutip Memori. Bacalah Sejenak, Kawan !



          Bacalah Sejenak, Kawan. Hari berganti hari, tahun berganti tahun, bulan berganti bulan. Dan kini ketika Bulan tak selalu purnama, hingga setiap isi semesta alam ini terus menerus bergerak begitu juga beserta zaman yang ikut bergerak. Hingga yang lalu hanya akan menjadi sebuah sekutip memori yang entah pada masa kapan akan terulang kembali. Menjadi sebuah cerita dan narasi yang melingkari sekelumit hidup dan kehidupan kita. Yang sedikit banyak senantiasa ikut membentuk diri kita pada masa sekarang. “Sejarah selalu berulang untuk dilupakan oleh seseorang yang tak tahu malu”, begitulah pujangga prancis berujar. Tetapi tidak dengan kita, Sejarah saat itu akan menjadi sebuah kesan yang selalu terpatri dalam benak dan isi kepala kita kawan. Dan memang benar kawan, energi apapun yang berhubungan dengan teman akan selalu menguras rasa rindu, setidaknya memulangkan perasaan tanpa dihantui sepi. Karena kita adalah kesabaran yang dianiaya sebab tak bisa untuk dimusnahkan. Kita akan selalu merindukan masa itu, sekalipun tidak dapat memutar waktu kembali kepada masa itu. Seperti sehabis hujan kita akan selalu yakin akan adanya pelangi dibalik awan – awan yang lelah menangis itu. Meskipun mungkin saja ia tak hadir ditengah – tengah kita.
    
      Bacalah Sejenak, Kawan, bukan untuk terus mengingat akan masa lalu, atau terpaku terus menerus menatap pada masa depan. Tetapi entah kenapa, cerita itu tak lagi sama. Mungkin karena zaman sudah berubah dan era telah berganti dengan yang baru. Masihkah kita masih seperti yang dulu kawan? Semuanya terasa mesra tapi kosong. Meresapi belaian angin yang menjadi dingin. “Kita adalah akumulasi dari masa lalu,” kata Chairul Tanjung. PADAMU HIMATIKA lah yang mempertemukan kita di masa lalu, yang membuat sebuah siklus, dipaksa, terpaksa hingga menjadi terbiasa. Mungkin terdengar absurd. Seperti sebuah retorika yang didengungkan berulang – ulang. Sebab itulah alasan mengapa kita merasakan akan sesuatu hal yang sama. Menjadikan saling mengerti apalah arti sebuah kebersamaan dan persaudaraan dalam sebuah bingkai bernama “angkatan”. Hingga kita tafsirkan dengan begitu sederhana, aku, kamu dan kita adalah kawan yang akan saling membantu. Begitulah, bukankah kita sungguh begitu berbeda dalam semua kecuali dalam cinta [*] dan kebersamaan ?

       Sekali Lagi ! Bacalah Sejenak, Kawan. Narasi dalam kampus telah usai, kawan. Sekalipun terdapat beberapa orang yang tengah berjuang menyelesaikan. Sekarang dihadapan kita terbentang hidup yang begitu terjal dan panjang kawan, kehidupan pasca kampus begitu banyak orang menyebutnya. Hidup adalah penderitaan kata buddha, dan manusia tidak bisa terbebas daripada itu [*]. Pada akhirnya manusialah yang menentukan jalan hidupnya mengeluh akan penderitaan atau menikmati penderitaan. Ada orang menghabiskan waktunya bermain judi. Ada orang menghabiskan waktunya melintasi alam. Ada orang yang menghabiskan waktunya mencari hiburan. Tapi aku aku mau menghabiskan waktuku bersama sama seperti kala itu, kawanku.  Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya - tanya tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu [*].

         Bacalah Sejenak, Kawan ! Haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram, wajah - wajah yang kita kenal berbicara dengan bahasa yang sama sekali tidak kita mengerti seperti malam itu. Malam yang mengantarkan kita menjadi manusia – manusia baru. Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa. Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui. apakah kau masih seperti dahulu? Kini kita hanya bisa bermesraan dengan kenangan tepat pada tanggal ini kawan. Karena kita hanya bisa mengendalikan ingatan dengan proses menghafal tapi tidak dengan kenangan yang senantiasa mengendalikan kita. Makanya ada istilah lupa ingatan tapi tidak ada istilah lupa kenangan. Karena kenangan telah jauh melampaui ingatan. Dimanapun kalian berpijak kawan – kawan. Di lembah perjuangannya masing – masing tetaplah berjaya selayaknya Rajawali yang senantiasa terbang tinggi tanpa melupakan tanah yang biasa kita injak, tanah yang biasa kita pijak. Kita tak pernah menanamkan apa-apa, kita tak pernah kehilangan apa-apa [*].

Gembira bersama kita di MATEMATIKA ITS,
Berjaya bersama kita, bersama MENARA’11.

Selamat Ulang Tahun ke-4, MENARA’11. MATEMATIKA ANGKATAN BERSAUDARA 2011.
Selamat berjuang dalam realita hidup dan Teruslah berjaya, Kawan – kawan.

Pada 25 MEI 2016
Dari pinggir ibukota, Tangerang, Banten

[*] Puisi terakhir Soe Hok Gie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram