Politisasi Media


Dewasa ini  media begitu menjamur dalam setiap jengkal dunia informasi dan komunikasi di indonesia. Berbagai bentuk media seperti media elektronik, media massa, media cetak, media film dan lain lain mudah sekali ditemui di setiap aspek kehidupan manusia. Begitu banyaknya aktivitas – aktivitas kita sangat begitu dekat dengan peran media baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara Harfiah, Kata Media berasal dari bahasa Latin "Medius" yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Menurut Kamus besar bahasa indonesia Media adalah 1 alat; 2 alat (sarana) komunikasi; 3 yang terletak di antara dua pihak (orang, golongan, dsb): 4 perantara; penghubung;. Sederhananya media adalah alat sebagai sarana perantara dan komunikasi untuk menyampaikan informasi. Selain itu, peran media juga sangat penting sebagai salah satu pilar demokrasi khususnya di indonesia.
 Peranan yang sangat penting dari media sehingga sedikit banyak dimanfaatkan oleh oknum – oknum partai politik. Media yang seharusnya independen dan menyiarkan berita berimbang berubah menjadi “alat” partai politik sebagai sarana pencitraan dan kepentingan suatu kelompok partai politik. Sehingga banyak kita lihat oknum – oknum partai politik berbondong – bondong untuk mengakuisisi media – media yang ada di indonesia untuk melakukan pencitraan kepada rakyat dan melancarkan serangan – serangan kepada lawan politiknya. Pandangan publik pun dengan mudah terbentuk akibat opini – opini yang dibentuk melalui media yang banyak dimiliki oleh oknum – oknum politik.  Terlihat dari banyaknya para oknum politik yang mempunyai saham kepemilikan media baik media cetak maupun media elektronik. Media yang dimiliki oknum – oknum politik sangat rentan berbenturan langsung dengan publik melihat banyaknya beberapa tokoh politik yang tersangkut masalah – masalah yang terjadi di masyarakat.
Tv One , ANTV dan Vivanews yang dimiliki Aburizal bakrie atau ical bersamai partai Golongan Karya (Golkar) yang selalu mengnformasikan berita – berita positif tentang partainya serta tidak menampilkan berita negatif seperti kasus lumpur lapindo yang memojokkan ical sebagai pemilik PT. Lapindo Jaya , Surya Paloh yang memiliki saham kepemilikan atas Metro Tv yang baru membentuk partai baru yaitu Nasional Demokrat (Partai Nasdem) bersama – sama membangun koalisi dengan Harry  Tanoe soedibyo yang memiliki saham kepemilikan MNC Group yang didalamnya terdapat media televisi swasta yang cukup di gandrungi di indonesia yaitu RCTI, TPI dan Global TV. Praktis media televisi medioker seperti Transcorp yang terdiri dari Trans TV dan Trans 7 serta Media Cetak Jawa Pos yang dimiliki oleh Dahlan Iskan dan media portal berita Detik.com yang saat ini belum  jelas arah afiliasi politiknya serta belum tersentuh dengan intervensi dan kepentingan oknum – oknum politik. Mungkin keadaan seperti ini tidak akan bertahan lama Detik.com sebagai media portal berita terbesar akan segera bergabung ke kelompok – kelompok politik yang membutuhkan bantuan media guna mendulang suara untuk kepentingan Pemilu 2014.
Dengan begitu oknum – oknum politik berbondong – bondong menggaet media – media di indonesia guna melakukan pencitraan kepada publik dan mendulang suara menyongsong Pemilu 2014. Sangat memungkinkan rakyat digiring untuk memilih partai politik memanfaatkan opini – opini yang dibentuk oleh media – media yang ditunggangi oleh kepentingan – kepentingan partai politik. Lantas benarkah sekarang ini media masih bisa dikatakan independen ??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram