“Sejumput Angan untukmu, kawan”

Membaca kembali kata “Perjuangan”



Kawan kecil, Lihat lah malam ini yang begitu gelap, kawan. yang entah mengapa malam ini tak mengijinkan kawannya yang selalu berjalan beriringan untuk menampakkan wujudnya di ujung jagad raya. Benar, Rembulan dan bintang gemintang yang terus senantiasa menemani malam, hingga malam pun tak pernah merasakan kesepian, kawan yang menemani malam bersandar di pundak kegelapan hingga malam pun menemui ajal, kawan yang menemani malam hingga malam karam tergantikan fajar. Namun janganlah merasa bingung kawanku, mungkin ada hal yang tidak bisa di sampaikan oleh malam lewat alam semesta ini. atau mungkin kita lah yang tidak mengerti dan memahami apa yang mereka ingin sampaikan? Bukankah semesta merekam setiap sudut kehidupan ? Semesta punya mata dan telinga untuk melihat dan mendengar, kawan. Namun mungkin lewat cara lain lah semesta dapat berbicara, cara yang tidak dimengerti oleh kita, bangsa manusia. Mungkin?,  Entahlah kawan, mungkinkah mereka sedang bertengkar ataukah mereka sedang dirundung duka. Tapi tak apalah hal itu adalah hal yang wajar dalam bingkai pertemanan, terkadang apa yang dilakukan kawan kita terasa menjengkelkan dan melelahkan, tapi bukankah hal itu yang akan membuat persahabatan lebih bernilai indah.

Bukankah begitu juga yang kau rasakan kawan ?



Dan di ufuk Timur, kawanku, Fajar pun kini mulai menampakkan terangnya yang berwarna kemerah - merahan dan menggantikan semua kegelapan menjadi sorot cahaya pangkal kehidupan. Mengingatkan euforia pertama kalinya kalian diterima di sebuah lingkungan baru, lingkungan yang tidak awam sebelumnya, lingkungan yang harus membuat kalian menjadi manusia yang bebas dan merdeka. Ingatkah engkau dengan bayangan di masa itu kawan?, Melepaskan semua bentuk belenggu kemalasan dan kemanjaan di fase sebelumnya. Melucuti semua bentuk perlindungan yang dulunya diberikan oleh guru dan orang tua kita. Begitulah kawan, rela ataupun terpaksa kini kalian harus menanggalkan itu semua kawan-ku. Ber-metamorfosis layaknya seekor kupu – kupu menjalani proses pendewasaan demi menjadi manusia – manusia yang baru.  

Tidakkah kau juga rasakan hal yang sama sebelumnya kawan?



Sontak saat pagi mulai menggantikan fajar, Sejumput kenangan bersama-mu tak sengaja terbawa oleh angin hinggap di pikiranku, kawan. Memori tentang wajah – wajah polos individu – individu yang berusaha mencari jati dirinya dari sebuah “Proses”.  Bayangan individu yang berikrar untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Benarkah hal itu yang pernah kalian ucapkan pada kami kawan ? Mungkin ikrar yang diucapkan bukanlah ikrar mahapatih Gajah Mada dengan sumpah amukti palapa-nya yang berjanji berpuasa sebelum mengalahkan dan menyatukan seantero Nusantara, tapi lebih dari itu janji yang akan terus dijaga sampai kapanpun itu untuk senantiasa menjadi manusia yang lebih baik. Laksana lilin yang akan tetap kalian jaga kawan, dari serbuan angin yang hendak berusaha memadamkan nyala lilin hingga nanti.  Proses demi proses kalian lewati, hingga waktu berlalu seperti daun – daun yang jatuh berguguran dari tangkainya, kawanku.  hingga kalian melewati semua jalan terjal bersama-sama dalam satu kesatuan bernama “angkatan”. Masihkah kau ingat dengan potongan kenangan itu kawan ?, aku begitu yakin engkau mengingatnya kawan, mengingat perjuangan yang entah kapan akan terulang kembali di hari esok. Mungkin masa depan-lah yang tetap menjadi alasan kita untuk tetap hidup sampai hari ini. Dan kenangan lah yang menjadi bumbu agar kita dapat menikmati setiap detil ingatan yang lebih berkesan. Apakah kau masih merasakan hal sama denganku, kawan ?. Perasaan dari setiap proses yang terlewati tak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Dan sejatinya setiap individu dilahirkan karena adanya sebuah proses. Tawa, sedih, senang, marah, senyum, canda dan tangis pernah hinggap dan menepi dalam mewarnai setiap perjalanan dan perjuangan, kawan.  Perjalanan pun dimulai, dan makna kata Padamu HIMATIKA yang sesungguhnya pun baru saja dimulai, kawan.

Aku begitu yakin kau ingat betul sama sepertiku, kawan.



  Sempat aku terdiam mengingat memoar yang seketika itu menggelitik di alam pikiranku. Disaat itu pula-lah pagi beranjak berganti siang, kawan. Mendongak ingatanku kembali pada bayangan sekelompok individu yang silih berganti tumbang dan bangkit kembali karena saling menguatkan. Memang benar seperti itu harusnya sebuah hidup kawan?. Karena manusia tercipta sebagai mahkluk sosial, yang tidak pernah bisa hidup sendirian. Memang aneh ! begitulah kawan, kebersamaan ada agar kita saling mengingatkan dan menguatkan. Dikala kita merasa beban hidup dan permasalahan yang ada di depan kita sungguh berada diluar kemampuan kita hingga membuat kita ambruk terjatuh, disaat itulah terdapat di samping depan, belakang, kanan dan kiri kita terdapat pundak kawan – kawan kita yang dengan setia mendampingi kita untuk mengarungi ombak dan badai kehidupan dalam bingkai perjuangan. Bukankah kau juga merasakan hal sama sepertiku kawan ?. Mungkin hidup tak selamanya indah, tapi bukankah yang indah itu akan hidup dalam sebuah kenangan.  

Bukankah seperti itu juga yang kau bayangkan dan engkau rasakan, kawan ?.




Siang berkeliling menyambut senja, hingga pada akhirnya senja membuai diriku dalam sebuah siluet senyum bahagia individu – individu tadi, kawan. Bukankah itu wajah – wajah-mu yang memancarkan sirat kebahagian karena diterimanya di lingkungan baru ?. Bukankah itu dirimu yang telah mendapatkan sebuah “status”.Tapi semuanya tidak pernah berhenti karena ada sebuah “status”, kawanku.  Begitupun kalian telah memperoleh “status” yang kalian inginkan, bukan berarti perjuangan kini akan berakhir kawan. Ingatlah, kawanku, Jangan jadikan sebuah “status” sebagai sebuah akhir dari tujuan kalian, karena disinilah awal untuk kalian berkarya dan berkontribusi, kawan. Ini bukanlah akhir, seperti tulisan ini yang akan segera berakhir, tapi ini adalah awal dari proses – proses baru yang belum kalian lalui bersama, belum kalian lewati dan perjuangkan bersama seorang kawan. Jangan berhenti untuk terus bermimpi bersama – sama, kawanku. Karena manusia akan terus hidup karena mimpi mimpi dan impiannya. Kata Soekarno, “Gantungkan Cita – Cita mu setinggi langit ! Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang – bintang ”.

Teruslah berjuang dan ukirlah sejarah tersendiri untuk kalian kenang nanti. Tetaplah bersama kawan-ku.



Kawanku, cahaya senja kini kian memudar, matahari mulai karam dan akan tergantikan oleh malam. Dan potongan mozaik ingatan di masa itu mulai saling melengkapi hingga membentuk sebuah diorama kehidupan. Saat ini semuanya ini hanya akan menjadi kenangan – kenangan yang terbang bersama angin malam. Setiap generasi punya masa-nya dan setiap masa punya generasi-nya. Kini, masa kami akan segera berakhir kawan-ku, seperti akhir senja yang digantikan oleh malam. Seperti sebuah siklus kehidupan, begitu juga dengan siklus rotasi bumi yang mengakibatkan terjadinya siang dan malam. Tetapi tidak dengan mimpi kami, mimpi kami akan terus hidup dan berkembang bersama perjuangan kalian kawanku untuk “rumah” kita. Dan akan berganti dengan generasi kalian yang saat ini akan melanjutkan sisa perjuangan kami, kawanku. Kami titipkan sejumput angan yang belum terselesaikan oleh perjuangan kami. Jauhkan bayang – bayang kegagalan kami dan generasi sebelumnya, kawanku. Biarkan kegagalan kemarin menjadi sebuah pembelajaran yang paling berharga agar tidak terulang kembali di masa yang akan datang, kawanku. Teruslah berjuang dan berbuat kebaikan bagi sekitar kawanku, bahkan burung dalam sangkar pun berjuang demi keadilan untuk hidup. Bahkan seekor anjing pun ingin berlari bebas diluar kandang. Bahkan tumbuhan pun merambat melawan gelap untuk mencari matahari. Dan ketika dihadapkan pada manusia? Apakah semuanya akan mau terus berjuang ? Sebab, kehidupan manusia bukan cuma soal makan, minum, atau berkembang, kawanku. Tapi memperjuangkan gairah untuk terus menciptakan nalar kritis bagi tiap generasi. Jangan ciptakan masa dimana berjuang dan berbuat baik adalah sebuah bentuk kriminalitas. Tetaplah menjadi seperti daun yang masih muda dan hijau, yang akan terus menerus tumbuh, bukan merasa menjadi seperti buah yang telah tua dan matang yang akhirnya akan segera membusuk dan mati, kawanku. Jangan lupakan setiap detil kebersamaan perjuangan kalian kawanku, teruslah berharap bersama karena asa bukan dosa, tetaplah bermimpi mencapai tujuan bersama karena mimpi bukanlah ilusi. Ingatlah kawanku, meskipun berasal dua embrio yang berbeda, Matematika ITS dan Matematika ITK dan meski setelah ini kalian akan terpisah, kalian tetap satu dan akan tetap menjadi satu. Selamat berjuang kawanku, Selamat berproses untuk senantiasa menjadi manusia – manusia baru yang lebih baik. Dengan segenggam semangat kebersamaan yang kalian bangun, teruslah menyebar kebaikan dan kebermanfaatan untuk HIMATIKA, masyarakat dan bangsa kawanku. Terima kasih kawanku, kau telah menyempatkan membaca sejumput angan dari kami. Ini bukanlah sebuah titipan, wasiat ataupun peninggalan kawanku, ini hanya sebuah mimpi perjuangan yang belum usai dan tanda cinta dari kami yang belum sempat kami selesaikan.




Selamat memperingati 1 tahun menjadi Warga HIMATIKA. LAMBDA.
Selamat berjuang dan berproses LAMBDA. Laskar Matematika 13 Dinamis dan Kreatif.







Tetap Jaya Himpunan Kami,
Yang Cinta Ilmu dan Teknologi,
Berdiri dengan semangat menyala,
Hidup HIMATIKA 

Salam,
Tim SC Padamu HIMATIKA 2013

Ditulis pada ambang kesunyian dan kebisuan malam.
AF-Surabaya, 3 Mei 2015. 0:28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram