Kepada : Bu(a)lan


Saya masih merokok, suka ngopi dan seperti kebanyakan pria yang kau tahu: bajingan. Ya, mungkin memang seperti itu stigma yang timbul di pikiran kalian kaum hawa terhadap pria. Di masa dimana citra baik di utamakan dan klise wibawa di agung- agungkan. Di zaman serba materialis, Hedonis, Asosialis, apatis hingga kebanyakan orang cenderung autis karena gadget dan teknologi yang kian menjamur bak sampah berserakan. Ah sudahlah.

Saya tak akan membuat kau percaya, jika Masih ada Lelaki yang baik di dunia ini. Tidak. Ini bukan perihal untung rugi atau plus minus seperti rumus matematika yang kita pelajari di bangku kuliah. Bukan. Sebab, jika sekali saja kau bertanya: Apa untung ruginya atau plus minusnya dengan aku ? Maka, akan saya jawab dengan mulai menghitung kekurangan dari dalam diri saya. Ini bukan hitungan yang sedikit, ini sangat Banyak. Bahkan saya berpikir untuk memungguti sapu lidi yang terjatuh dari petugas kebersihan kota yang lalu lalang tiap pagi dan ku kumpulkan untuk menghitungnya seperti anak TK.

Saya tahu betul apa yang harus saya penuhi sebagai lelaki. Memang tidak muluk, tidak harus hapal kitab,  membaca huruf arab tanpa harokat atau memahami firman tuhan lewat surat-surat hingga ayat-ayat. Tapi....

Begini saja, ... keuntungan mumpuni yang saya punya ialah saya mampu menulis list semua metafora kepada kamu kaum wanita. Meski kau tahu aku bukan seorang penulis novel-novel cinta atau roman roman sejarah. Sungguh getir bukan hidup ini. Apalagi yang kau harapkan dari seorang yang bukan pujangga ini . Menikmati pahit manisnya kehidupan seperti menikmati secangkir kopi.  Pikirku sungguh beruntung menjadi cangkir dan kopi yang selalu disebut orang orang untuk menikmati sebuah kenikmatan. Tapi kenapa aku berpikir ingin menjadi air dan gula yang meski tak pernah disebut namun selalu melengkapi secangkir kopi.  Kau pasti tak pernah cukup dengan hal remeh seperti ini, bukan? Syukurlah....

Saya tak mampu mengambil semua hati wanita yang saya inginkan dengan gombalan dan bualan yang super menerbangkannya ke awan. Pasti kau tak pernah peduli, bukan? Biarlah....

Namun, ada satu hal yang sampai saat ini saya menyesal menjadi saya: itu yang menyebabkan selama ini kau tak pernah percaya.

Yang harus kau percaya dari semua bualan yang saya tuliskan ini. Semoga kau dapat menerima, seorang, yang tak ada kekasih lain yang saya setiakan kecuali kamu dan tumpukan buku-buku. Mungkin menurutmu semua ini hanyalah kumpulan omong kosong. Bisa jadi kau memang benar.
Hingga Coretan coretan usang ini Selesai kau baca. Satu hal yang hanya bisa buat saya percaya sampai detik ini: Tuhan tentukan apa yang harus ditentukan. Termasuk nasib orang orang seperti saya, yang menurutmu hidupnya (hanya) dipenuhi sebuah bualan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram